Perubahan Situs Facebook Tidak Disukai Santi Dwi Jayanti : detikInet detikcom -
Jakarta, Bagaimana
reaksi pengguna
Facebook
terhadap
perubahan situs jejaring tersebut yang baru saja diumumkan?
Ternyata, sebagian besar Facebooker tidak menyukai
perubahan itu. Hasil ini diketahui melalui survey yang dilakukan oleh
Sodahead, sebuah situs berbasis voting online. Mereka
menemukan bahwa 86% dari pengguna Facebook
mengaku sangat tidak menyukai perubahan yang
diumumkan Mark Zuckerberg dalam gelaran
konferensi f8. Dari mereka yang tidak setuju, kalangan remaja dan
wanita-lah yang paling kentara menunjukkan
ketidaksukaan mereka. Sedang dari kalangan dewasa
dan pria mereka mengaku tidak menyukai fitur-fitur
baru yang dirilis Facebook. Dikutip detikINET dari YahooNews, Sabtu (24/9/2011), satu-satunya grup yang mendukung
perubahan yang dilakukan Facebook hanyalah dari
kalangan pekerja IT. Diketahui juga bahwa orang-orang yang memiliki
pendapatan di atas USD 100.000 serta mereka yang
berstatus mahasiswa juga dijumpai tidak terlalu
mempersoalkan perubahan Facebook dibandingkan
user lainnya. Diberitakan, semenjak pengumuman perubahannya,
Facebook menuai banyak komentar negatif di blog
resmi mereka. Mark Zuckerbergpun langsung menunjukkan sifat
defensif terhadap aksi Facebooker itu dengan
mengatakan bahwa desain baru Facebook telah
diujicobakan pada masyarakat baik di dalam maupun
di luar kantor Facebook. Akan tetapi ia juga menambahkan bahwa umpan
balik dari pengguna akan tetap dihargai. Seperti diketahui, Facebook baru saja 'merenovasi' situsnya dengan penambahan fitur baru dan
perubahan di sana-sini, salah satunya adalah dengan
penambahan News Ticker dan mengubah desain
profile-nya.
berbagi tips-trik dan pengetahuan
Blog persada tempat berbagai tips,berbagi pengetahuan,motivasi,juga bermacam artikel bebas seputar kita
Sabtu, 24 September 2011
Jumat, 23 September 2011
Bangkai Satelite
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sampah raksasa dari
satelit Upper Atmosphere Research Satelite (UARS)
yang tengah menuju bumi kecil kemungkinan jatuh menghantam wilayah berpenduduk. Badan Antariksa AS, NASA, mengungkapkan bahwa
peluang UARS menghantam wilayah pemukiman
warga adalah 1: 3.200. Hingga kini belum bisa
dipastikan lokasi jatuhnya UARS. Namun wilayah yang berpotensi dihujani kepingan
bangkai satelit itu adalah seluruh kawasan di rentang
57 derajat lintang utara hingga 57 derajat lintang
selatan. Indonesia yang berada dalam wilayah
lintasan katulistiwa juga berpeluang kejatuhan UARS. NASA menjelaskan, perbandingan satelit itu jatuh di
wilayah tak berpenduduk lebih besar karena
memperhitungkan luas wilayah daratan dan lautan
serta kawasan gurun di bumi. Apalagi 70 persen
wilayah dari rentang kawasan yang diperkirakan itu
didominasi lautan. Profesor astronomi dan astrofisika, Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas
Djamaluddin, yang dihubungi Tribunnews.com
memperkirakan UARS akan menghantam bumi pada
rentang waktu Jumat (23/9/2011) tengah malam
hingga 24 jam berikutnya. "Kemungkinannya memang kecil tetapi perlu
waspada. Maka itu Lapan terus memantau
perkembangannya," ujar Thomas, Jumat pagi. Thomas mengungkapan bahwa Lapan akan
berkoordinasi dengan pihak Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) jika UARS dipastikan
jatuh di Indonesia. Setelah itu BNPB berkoordinasi
dengan jajaran di daerah. Satelit berukuran panjang 10,6 meter dan diameter
4,5 meter itu semula berbobot 5,9 ton. Media di AS
menggambarkan satelit yang tengah mendekati bumi
tersebut seukuran bus kota. Menurut NASA, badan
antariksa AS, saat menembus atmosfer bumi, UARS
akan hancur berkeping-keping namun masih tersisa 26 keping total berbobot 532 kg.
satelit Upper Atmosphere Research Satelite (UARS)
yang tengah menuju bumi kecil kemungkinan jatuh menghantam wilayah berpenduduk. Badan Antariksa AS, NASA, mengungkapkan bahwa
peluang UARS menghantam wilayah pemukiman
warga adalah 1: 3.200. Hingga kini belum bisa
dipastikan lokasi jatuhnya UARS. Namun wilayah yang berpotensi dihujani kepingan
bangkai satelit itu adalah seluruh kawasan di rentang
57 derajat lintang utara hingga 57 derajat lintang
selatan. Indonesia yang berada dalam wilayah
lintasan katulistiwa juga berpeluang kejatuhan UARS. NASA menjelaskan, perbandingan satelit itu jatuh di
wilayah tak berpenduduk lebih besar karena
memperhitungkan luas wilayah daratan dan lautan
serta kawasan gurun di bumi. Apalagi 70 persen
wilayah dari rentang kawasan yang diperkirakan itu
didominasi lautan. Profesor astronomi dan astrofisika, Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas
Djamaluddin, yang dihubungi Tribunnews.com
memperkirakan UARS akan menghantam bumi pada
rentang waktu Jumat (23/9/2011) tengah malam
hingga 24 jam berikutnya. "Kemungkinannya memang kecil tetapi perlu
waspada. Maka itu Lapan terus memantau
perkembangannya," ujar Thomas, Jumat pagi. Thomas mengungkapan bahwa Lapan akan
berkoordinasi dengan pihak Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) jika UARS dipastikan
jatuh di Indonesia. Setelah itu BNPB berkoordinasi
dengan jajaran di daerah. Satelit berukuran panjang 10,6 meter dan diameter
4,5 meter itu semula berbobot 5,9 ton. Media di AS
menggambarkan satelit yang tengah mendekati bumi
tersebut seukuran bus kota. Menurut NASA, badan
antariksa AS, saat menembus atmosfer bumi, UARS
akan hancur berkeping-keping namun masih tersisa 26 keping total berbobot 532 kg.
Langganan:
Postingan (Atom)